Pesona Gunung Lumut di Timur Belitung: Menjelajahi ‘The Lord of The Rings’ Versi Nyata
6 mins read

Pesona Gunung Lumut di Timur Belitung: Menjelajahi ‘The Lord of The Rings’ Versi Nyata

Crbnat.com – 18 November 2025 – Pulau Belitung selama ini identik dengan pantai berpasir putih dan batuan granit raksasa yang memukau. Namun, di sudut timur pulau ini, tersimpan sebuah rahasia alam yang menawarkan pesona berbeda. Jauh dari deburan ombak, terdapat sebuah lanskap hening yang menyelimuti pengunjung dengan ketenangan hutan tropis purba. Destinasi tersebut bernama Wisata Gunung Lumut.

Berlokasi di Desa Limbongan, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, kawasan ini menyuguhkan atmosfer magis yang jarang orang temukan di tempat lain. Meskipun secara teknis lebih tepat kita sebut sebagai bukit karena hanya memiliki ketinggian sekitar 173 meter di atas permukaan laut (mdpl), pengalaman yang tempat ini tawarkan jauh melampaui ukuran geografisnya. Pengunjung seolah diajak masuk ke dimensi lain, sebuah dunia hijau yang tenang, lembap, dan penuh misteri.

Atmosfer Magis di Kawasan Wisata Gunung Lumut

Daya tarik utama dari destinasi ini adalah ekosistemnya yang unik. Sesuai namanya, hampir seluruh permukaan di kawasan ini tertutup oleh hamparan lumut. Mulai dari tanah, bebatuan cadas, hingga batang-batang pohon besar, semuanya terselimuti lapisan hijau zamrud yang tebal dan lembut.

Kondisi ini menciptakan visual yang sangat dramatis. Bahkan, banyak pengunjung menyamakan suasananya dengan latar film fantasi The Lord of The Rings atau negeri dongeng. Kabut tipis sering kali menggantung rendah di sela-sela pepohonan, terutama setelah hujan turun. Kabut ini menambah kesan mistis dan hening, membuat siapa saja yang datang merasa waktu seolah berhenti berputar.

Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Lindong Lumut, Kristianto Putra, menjelaskan waktu terbaik untuk berkunjung. “Waktu terbaik untuk trekking di sini memang pada saat musim hujan. Tampilan lumutnya lebih segar dan lebih hijau,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kabut yang masuk ke sela pepohonan pasca-hujan menjadi alasan utama mengapa orang menyebut tempat ini seperti negeri dongeng.

Perjalanan Menembus Jantung Belitung Timur

Untuk mencapai lokasi ini, wisatawan harus menempuh perjalanan yang cukup panjang namun menyenangkan. Jaraknya sekitar 85 kilometer dari Tanjung Pandan, ibu kota Kabupaten Belitung. Waktu tempuh rata-rata memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit berkendara.

Akan tetapi, perjalanan tersebut tidak akan terasa membosankan. Sepanjang rute menuju Desa Limbongan, mata wisatawan akan dimanjakan dengan pemandangan autentik kehidupan masyarakat Belitung. Anda akan melewati hamparan kebun lada (sahang) yang menjadi komoditas emas putih daerah ini, perkebunan sawit, serta deretan rumah panggung kayu khas kampung Melayu yang masih lestari.

Setibanya di kaki bukit, suasana drastis berubah. Udara panas pesisir berganti dengan kesejukan hutan hujan tropis. Pepohonan rimbun memeluk kawasan ini, menciptakan payung alami yang melindungi pengunjung dari terik matahari. Trekking menuju puncak pun relatif singkat, hanya memakan waktu sekitar 30 hingga 45 menit, tergantung pada kecepatan jalan dan kondisi cuaca saat itu.

Kekayaan Flora dan Fauna Unik di Wisata Gunung Lumut

Selain pemandangan lumut yang memukau, kawasan ini merupakan laboratorium alam yang kaya. Sepanjang jalur pendakian, wisatawan akan menemukan ragam flora dan fauna unik yang menjadi kekayaan ekologi Belitung.

Kristianto menjelaskan bahwa pengunjung dapat mengamati berbagai jenis lumut secara langsung. Mulai dari lumut daun, lumut hati, hingga lumut tanduk tumbuh subur menyelimuti bebatuan. Selain itu, tanaman eksotis lain seperti anggrek bulan liar, kantong semar (Nepenthes), dan pohon simpor yang menjadi ikon Belitung juga tumbuh liar di sini. Pengunjung juga bisa menemukan jamur pelawan, jenis jamur langka yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan dapat dikonsumsi.

Dari sisi fauna, Wisata Gunung Lumut menjadi rumah bagi berbagai satwa menarik. Peneliti dan warga lokal telah mengidentifikasi keberadaan tarsius, primata terkecil di dunia, di kawasan ini. Ada pula tokek endemik yang masyarakat kenal sebagai “Tokek Ahok”, serta burung Rui yang statusnya dilindungi.

Bagi pengamat satwa, keberadaan kelelawar yang warga lokal sebut sebagai “vampir palsu”, kupu-kupu berbagai warna, hingga kancil dan kijang liar menambah daftar panjang biodiversitas yang perlu kita jaga. Keanekaragaman hayati inilah yang membuat kawasan ini begitu berharga.

Status UNESCO Global Geopark dan Pengelolaan Warga

Nilai penting Gunung Lumut telah mendapat pengakuan dunia internasional. Kawasan ini resmi menjadi bagian dari Geosite di dalam Belitong UNESCO Global Geopark sejak tahun 2021. Pengakuan ini menegaskan bahwa Gunung Lumut memiliki warisan geologi yang bernilai internasional.

Meskipun menyandang status bergengsi, pengelolaan tempat wisata ini tetap berbasis komunitas. Warga setempat melalui Pokdarwis mengelola kawasan ini sepenuhnya. Hal ini memastikan bahwa pariwisata yang berkembang memberikan dampak ekonomi langsung kepada masyarakat desa, sekaligus menjaga kearifan lokal dalam melestarikan alam.

Di puncak bukit, pengelola telah membangun gardu pandang sederhana. Dari titik ini, wisatawan bisa memandangi lanskap desa dan hamparan hutan hijau di bawahnya. Bagi pencinta fotografi, spot ini adalah lokasi terbaik untuk menangkap momen kabut yang menyapu pucuk-pucuk pohon di pagi hari.

Paket Wisata dan Biaya di Wisata Gunung Lumut

Bagi Anda yang tertarik berkunjung, akses ke tempat ini cukup mudah. Wisatawan bisa datang langsung (go-show) atau melakukan reservasi melalui media sosial resmi pengelola. Biaya yang mereka tawarkan pun sangat terjangkau untuk pengalaman sekelas ini.

Paket wisata dasar mulai dari Rp125.000 per orang dengan ketentuan minimal empat orang dalam satu rombongan. Biaya ini sudah mencakup berbagai fasilitas. Pengunjung akan mendapatkan layanan pemandu trekking, welcome drink berupa minuman tradisional, serta sesi perkenalan budaya.

Salah satu daya tarik budaya yang mereka tawarkan adalah permainan tradisional seperti Lesong Ketintong dan Alu Beserang. “Biasanya kami menyambut tamu dengan minuman tradisional, lalu istirahat sambil memperkenalkan alat musik dan permainan lokal. Setelah itu trekking ke zona lumut,” jelas Kristianto.

Bagi petualang yang ingin lebih menyatu dengan alam, pengelola juga menyediakan paket berkemah (camping). Harganya sama, Rp125.000 per orang, namun sudah lengkap dengan fasilitas tenda, matras, sleeping bag, dan lampu tenda. Fasilitas ini bahkan mampu menampung grup besar hingga 80 orang.

Tim National Geographic pernah menyoroti kawasan ini. Mereka menyebut bahwa Wisata Gunung Lumut (satu-satunya frasa kunci yang ditebalkan dalam isi) justru sangat cocok untuk pasar wisatawan mancanegara karena keaslian ekosistemnya. Oleh karena itu, tempat ini bukan sekadar destinasi wisata, melainkan ruang edukasi untuk belajar hidup selaras dengan alam.