74 Persen Ibu Jadi “Wellness Warrior” Keluarga, Waktu Habis untuk Kelola Kesehatan Keluarga
5 mins read

74 Persen Ibu Jadi “Wellness Warrior” Keluarga, Waktu Habis untuk Kelola Kesehatan Keluarga

Crbnat.com – (9 November 2025) — Sebuah survei terbaru mengungkap peran ganda seorang ibu di Indonesia. Faktanya, 74 persen ibu kini menjadi “ibu wellness warrior” bagi keluarganya. Istilah ini merujuk pada peran mereka sebagai manajer kesehatan utama. Ironisnya, mereka menghabiskan 80 persen waktunya hanya untuk mengelola kesehatan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Chief Marketing Officer Halodoc, Fibriyani Elastria. Ia berbicara dalam webinar bertajuk “Understanding Influenza and Common Colds: Keeping Family Healthy During the Year-End Season”, Selasa (4/11/2025).

Data ini berasal dari survei yang Halodoc dan YouGov lakukan secara daring pada September 2025. Survei ini melibatkan 510 ibu di Indonesia. Peserta survei berusia 25-49 tahun dan berasal dari beragam latar belakang sosial ekonomi. Selain itu, mereka juga mewakili populasi di wilayah perkotaan maupun non-perkotaan.

Beban Ganda Seorang Manajer Kesehatan

Fibri melanjutkan bahwa peran ibu wellness warrior ini sangat menantang. Beban mereka tidak hanya mengelola kesehatan suami dan/atau anak-anaknya. Lebih dari itu, mereka juga seringkali harus mengurus orang tua, mertua, dan/atau kerabat yang sudah lanjut usia (lansia). “Sehingga, bebannya lebih menantang sekali,” ujar dia.

Tugas ini, tentu saja, memakan waktu yang sangat besar. “Dan waktu yang dibutuhkan oleh para ibu sebagai wellness warrior enggak main-main. 80 persen waktunya habis untuk mengelola kesehatan keluarga,” ujar Fibri. Beban ini mencakup spektrum tugas yang luas. Seorang ibu harus proaktif mencari informasi kesehatan, membuat janji temu dengan dokter, mendampingi proses konsultasi, hingga menebus resep obat. Tidak berhenti di situ, mereka juga harus mengelola jadwal konsumsi obat-obatan untuk setiap anggota keluarga yang sakit.

Tantangan Semakin Berat Saat Musim Liburan

Sebagai seorang ibu wellness warrior, tantangan mengelola kesehatan keluarga tidak pernah berhenti. Namun, tantangan ini semakin bertambah berat ketika musim liburan tiba. Momen yang seharusnya menjadi waktu bersantai, justru seringkali menjadi puncak stres dan kelelahan.

Data survei menunjukkan fakta yang mencemaskan. “Data menunjukkan, ada 40 persen keluarga yang mengalami masalah kesehatan yang akhirnya memang mengganggu rencana akhir tahun,” kata Fibri. Masalah kesehatan ini, menurutnya, mengganggu berbagai rencana. “Apakah memang mau liburan ke luar kota, luar negeri, staycation saja, atau sekadar ada aktivitas,” lanjutnya. Musim liburan identik dengan perubahan pola makan, kelelahan dalam perjalanan, dan interaksi dengan banyak orang. Semua faktor ini meningkatkan risiko keluarga jatuh sakit.

Ironi Ibu Wellness Warrior: Ibu Justru Paling Sering Sakit

Status sebagai “ibu wellness warrior” ternyata tidak membuat para ibu menjadi tahan banting. Ada sebuah ironi besar yang survei ini temukan. Faktanya, di tengah peran mereka sebagai pengelola kesehatan keluarga, para ibu justru menjadi pihak yang paling sering tumbang.

“Data menunjukkan, justru yang paling sering sakit adalah ibunya, diikuti dengan anak-anak dan orangtua,” tutur Fibri. Hasil survei merinci persentase anggota keluarga yang paling sering sakit saat musim liburan. Rinciannya adalah 32 persen ibu, 28 persen anak, dan 27 persen orangtua. Di sisi lain, hanya tujuh persen anggota keluarga lainnya dan enam persen suami yang sakit. “Suami yang paling kecil, mungkin karena mereka secara kondisi fisik lebih kuat, jadi wajar sekali,” sambung Fibri.

Mengapa Sang “Panglima Kesehatan” Tumbang?

Menurut Fibri, penyebab sang ibu wellness warrior paling sering sakit sangatlah jelas. Hal ini terjadi karena perannya yang sudah beraneka ragam, menjadi semakin bertambah saat musim liburan. Beban ini terasa lebih berat, terutama bagi ibu bekerja. Mereka tidak hanya harus menyelesaikan urusan kantor sebelum cuti. Mereka juga harus mengurus semua kebutuhan keluarga dan kesehatan keluarga secara bersamaan.

Ditambah lagi, saat musim liburan tiba, ibulah yang paling sering mengurus semua detail perencanaan. “Sering kali, yang melakukan perencanaan juga ibu. Kalau pemilihan waktunya mepet banget, misalnya, itu sudah bikin stres,” ucap Fibri. Stres tidak berhenti pada perencanaan. “Apalagi saat persiapan, packing dan sebagainya,” lanjutnya.

Beban mental dan fisik ini berlanjut bahkan selama liburan itu sendiri. “Begitu harinya tiba, yang lain mungkin bisa enjoy. Tapi ibu masih harus memikirkan nanti makan apa dan lain-lain,” papar Fibri. Akibat akumulasi kelelahan fisik dan stres mental inilah, sistem imunitas ibu menurun drastis. “Jadi, enggak heran kalau memang ibu yang malah paling sering menjadi punya masalah kesehatan.”

Fibri juga menyoroti bagaimana para ibu menangani penyakit mereka sendiri. Seringkali, mereka mengabaikannya demi keluarga. “Kadang mungkin disimpan sendiri atau minum obat seadanya,” pungkasnya.

Implikasi dan Pentingnya Dukungan Keluarga

Data survei Halodoc dan YouGov ini membuka mata kita. Temuan ini menunjukkan adanya beban tidak terlihat (invisible labor) yang sangat besar di pundak para ibu. Peran sebagai ibu wellness warrior seringkali tidak terucapkan. Namun, peran ini menuntut ketersediaan 24/7 secara fisik dan emosional. Tuntutan ini pada akhirnya mengorbankan kesehatan ibu itu sendiri.

Implikasinya sangat serius. Jika sang manajer kesehatan tumbang, seluruh sistem kesehatan keluarga berpotensi ikut runtuh. Oleh karena itu, kesadaran akan beban ini sangat penting. Anggota keluarga lain, terutama suami, perlu mengambil peran yang lebih proaktif. Dukungan ini tidak hanya dalam bentuk fisik, seperti membantu packing atau mengurus anak. Dukungan emosional juga sangat penting.

Menyadari bahwa ibu wellness warrior juga manusia biasa adalah langkah awal. Mereka juga membutuhkan istirahat. Mereka juga berhak menikmati liburan. Tanpa adanya pembagian peran yang adil, siklus “ibu sakit saat liburan” akan terus terulang setiap tahun. Kesehatan keluarga adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas satu orang.