Memetik Laba dari Tren Berkebun di Rumah yang Terus Berlanjut
Crbnat.com – (JAKARTA, 12 November 2025) – Tren Berkebun di Rumah, yang popularitasnya meledak sebagai respons terhadap karantina selama pandemi Covid-19, telah membuktikan bahwa ini bukan sekadar hobi musiman. Apa yang dimulai sebagai kegiatan pengisi waktu untuk meredakan stres, kini telah berevolusi menjadi gaya hidup permanen dan peluang bisnis yang subur bagi banyak startup agriteknologi.
Masyarakat kini memanfaatkan setiap jengkal pekarangan, balkon, dan bahkan dinding (vertical garden) untuk menanam sayuran, tanaman bunga, hingga tanaman herbal. Menariknya, berkebun di era modern tidak lagi membutuhkan lahan luas atau peralatan rumit. Oleh karena itu, sejumlah startup pertanian sukses menangkap peluang emas ini, menawarkan solusi dari paket edukasi sederhana hingga platform berbasis kecerdasan buatan (AI).
Ledakan Awal: Edukasi Kreatif ‘Ayo Nandur’
Salah satu pelopor yang menangkap gelombang awal ini adalah Ayo Nandur. Startup yang dirintis sejak Maret 2017 ini memposisikan diri sebagai penyedia layanan dan produk edukasi pertanian yang mereka kemas secara kreatif.
M. Arif Rohman Hakim, Founder Ayo Nandur, mengingat kembali bagaimana startup-nya mengalami kenaikan pemesanan paket menanam yang drastis, mencapai 30 hingga 50 persen selama masa puncak pandemi. “Biasanya sebulan kita ada permintaan 300 sampai 500 pesanan,” jelas Arif kala itu.
Produk andalan mereka, “Kebun Cilik”, menyediakan paket lengkap berisi bibit, media tanam, dan panduan dalam satu kemasan praktis seharga mulai dari Rp 15.000. Model bisnis ini terbukti sangat sukses, dipasarkan melalui marketplace dan jaringan reseller yang kini tersebar di berbagai kota besar.
Evolusi Tren Berkebun di Rumah: Dari Paket Fisik ke Kelas Online
Tantangan pandemi, yang membekukan kelas tatap muka, justru menjadi katalisator inovasi bagi Ayo Nandur. Mereka bertransformasi cepat ke model kelas online. Dalam skema ini, Ayo Nandur mengirimkan alat dan bahan ke rumah peserta, lalu mendampingi proses menanam hingga panen secara virtual.
Model hybrid (produk fisik plus layanan digital) ini ternyata lebih diminati dan skalabel pasca-pandemi. Selain itu, Ayo Nandur juga merespons permintaan pasar yang lebih serius dengan mengembangkan paket pertanian hidroponik. Meskipun awalnya terkendala riset ongkos kirim, mereka kini menjadi salah satu pemain utama di segmen hidroponik starter kit yang dirancang efisien untuk pengiriman.
Integrasi AI dan Tren Berkebun di Rumah: Kasus Neurafarm
Jika Ayo Nandur fokus pada edukasi kreatif, startup lain, Neurafarm, mengambil pendekatan teknologi tinggi. Neurafarm dikenal melalui produk aplikasi Dr. Tania, sebuah platform berbasis Artificial Intelligence (AI) dan chatbot yang bertindak sebagai asisten pribadi bagi petani untuk mengidentifikasi kondisi tanaman.
Febi Agil Ifdillah, CEO Neurafarm, melihat Tren Berkebun di Rumah lebih dari sekadar hobi. “Urban farming dapat memiliki potensi lebih besar ke depan. Bahkan hasil pertanian dari urban farming dapat menjadi potensi ekonomi yang cukup menjanjikan,” sebut Febi.
Neurafarm turut meluncurkan produk starter kit berkebun di rentang harga Rp 40.000 hingga Rp 120.000. Paket ini berisi bibit sayuran dan herbal, media tanam, serta polybag. Namun, proposisi nilai unik mereka terletak pada bonusnya.
Mengubah Hobi Menjadi ‘Smart Farming’ dengan Dr. Tania
Kekuatan paket Neurafarm bukan pada bibitnya, melainkan pada akses gratis aplikasi Dr. Tania selama sebulan untuk paket premium. “Pengguna akan mendapatkan panduan menanam lengkap serta dapat berkonsultasi via chat dengan ahli pertanian yang bergabung dengan Dr. Tania,” jelas Febi.
Model bisnis ini sangat cerdas. Starter kit menjadi “pintu masuk” untuk mengakuisisi pengguna ke platform AI mereka. Pengguna yang awalnya hanya hobi, kemudian teredukasi oleh Dr. Tania tentang cara bertani yang benar. Setelah masa gratis berakhir, mereka berpotensi menjadi pelanggan setia layanan AI tersebut.
Lebih jauh, Neurafarm mengikat loyalitas konsumen dengan kampanye sosial, seperti kerja sama dengan Lindungihutan.com. Setiap pembelian paket turut menyumbang satu pohon untuk pemulihan bekas galian tambang.
Masa Depan Tren Berkebun di Rumah Pasca-Pandemi
Mengapa Tren Berkebun di Rumah terus berlanjut bahkan setelah mobilitas kembali normal? Jawabannya terletak pada pergeseran nilai di masyarakat.
Pertama, kesadaran akan kesehatan dan ketahanan pangan (food security) skala kecil meningkat. Masyarakat ingin memastikan sayuran yang mereka konsumsi bebas pestisida. Kedua, faktor ekonomi. Di tengah fluktuasi harga pangan, menanam cabai, tomat, atau bawang sendiri terasa sebagai langkah penghematan yang cerdas.
Startup seperti Ayo Nandur dan Neurafarm telah berhasil mengubah persepsi. Mereka mengkampanyekan bahwa bertani itu mudah, bisa dilakukan di rumah, dan keren. Dengan bantuan edukasi kreatif dan teknologi AI, Tren Berkebun di Rumah telah bertransformasi dari sekadar hobi menjadi gerakan urban farming yang modern, berkelanjutan, dan sangat menguntungkan.
