
Tren Modest Fashion: Melampaui Hijab, Kini Jadi Pilihan Gaya Hidup Global
Crbnat.com – 14 Oktober 2025 – Sebuah pergeseran signifikan tengah terjadi dalam lanskap mode global dan domestik. Gaya berpakaian modest atau busana tertutup, yang dahulu seringkali identik dengan komunitas berhijab, kini telah bertransformasi menjadi sebuah fenomena arus utama. Masyarakat luas dari berbagai kalangan kini semakin meminati gaya ini, menjadikannya pilihan sadar yang didasari oleh nilai kenyamanan, kesopanan, dan keanggunan. Tren modest fashion ini bukan lagi sekadar tren sesaat, melainkan telah berevolusi menjadi bagian integral dari gaya hidup masyarakat modern, baik bagi perempuan maupun laki-laki, yang mencari ekspresi diri tanpa harus mengorbankan etika berbusana.
Mendefinisikan Ulang Makna Busana Tertutup
Selama bertahun-tahun, istilah “busana tertutup” seringkali mendapat interpretasi yang sempit, terbatas pada identitas keagamaan tertentu. Namun, menurut desainer mode kenamaan Indonesia, Deden Siswanto, pandangan tersebut kini telah usang. Dalam pembukaan ajang IN2MOTIONFEST 2025 di Jakarta beberapa waktu lalu, ia menegaskan bahwa tren modest fashion telah melampaui sekat-sekat tersebut. Masyarakat Indonesia secara umum, menurutnya, secara kultural sudah terbiasa mengenakan pakaian yang sopan dan tidak terbuka dalam aktivitas sehari-hari.
“Kalau modest wear saat ini banyak orang yang menggunakan busana modest atau tertutup untuk aktivitas sehari-hari,” kata Deden. Ia mengamati bahwa pilihan ini menjadi sangat relevan, terutama bagi para profesional, baik perempuan maupun laki-laki, yang beraktivitas di ruang publik dan membutuhkan busana yang representatif sekaligus nyaman. “Bisa dikatakan bahwa tidak harus berhijab untuk mengikuti tren busana modest. Siapa pun dapat mengadaptasi gaya ini,” tuturnya.
Filosofi di Balik Tren Modest Fashion: Kenyamanan dan Keanggunan
Lalu, apa yang mendorong popularitas masif dari gaya busana ini? Jawabannya terletak pada pergeseran nilai dalam masyarakat. Di era modern, banyak orang mulai mencari busana yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga fungsional dan memberikan rasa aman. Tren modest fashion menjawab kebutuhan ini dengan sempurna. Siluet pakaian yang longgar, seperti kemeja oversized, celana kulot, atau gaun A-line, memberikan keleluasaan bergerak yang maksimal sepanjang hari.
Deden menjelaskan bahwa konsep “tertutup” dalam konteks ini lebih merujuk pada potongan yang tidak membentuk tubuh secara ketat. “Misalnya pakaian oversized menutupi bentuk tubuh, tidak ngepas di bagian dada dan pinggul,” jelasnya. Ini adalah sebuah bentuk keanggunan baru, di mana daya tarik seseorang tidak lagi semata-mata ditentukan oleh busana yang terbuka, melainkan oleh karakter, pembawaan, dan pilihan gaya yang cerdas. Faktanya, banyak rumah mode internasional kini mulai mengadopsi estetika ini, memandangnya sebagai simbol inklusivitas dan penghormatan terhadap keberagaman bentuk tubuh.
Fleksibilitas Tanpa Batas: Setiap Orang Adalah Penafsir
Salah satu kekuatan terbesar dari tren modest fashion adalah fleksibilitasnya yang luar biasa. Tidak ada aturan baku atau pakem kaku yang harus diikuti. Hal ini membuka ruang seluas-luasnya bagi setiap individu untuk menjadi penafsir gaya mereka sendiri. Seseorang bisa memadukan kemeja longgar dengan jeans, sementara yang lain mungkin lebih memilih tunik dengan rok panjang. Kebebasan inilah yang membuat gaya ini terasa personal dan otentik.
“Maka setiap orang bebas menginterpretasikan modest fashion sesuai gaya hidup dan kebutuhannya masing-masing, tidak ada pakem khusus,” kata Deden. Kebebasan interpretasi ini justru menjadi bahan bakar bagi kreativitas para desainer. Mereka kini tertantang untuk bereksperimen dengan berbagai jenis bahan, permainan warna, dan detail potongan yang inovatif. Hasilnya, industri mode menjadi lebih kaya dan dinamis, menawarkan pilihan yang jauh lebih beragam bagi konsumen yang ingin tampil sopan namun tetap modern dan berkarakter.
Peluang Emas bagi Industri Kreatif Indonesia di Panggung Dunia
Bagi Indonesia, fenomena ini lebih dari sekadar tren; ini adalah sebuah peluang emas. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia dan kekayaan budaya tekstil yang luar biasa, Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pemimpin global dalam industri modest fashion. Para desainer lokal memiliki keunggulan kompetitif yang unik. Mereka dapat mengawinkan prinsip-prinsip desain modest yang universal dengan kekayaan wastra nusantara seperti batik, tenun, atau songket.
Deden menilai bahwa momentum ini harus dimanfaatkan secara maksimal. Para pelaku industri lokal perlu didorong untuk mengembangkan produk modest wear yang tidak hanya menyasar selera pasar domestik, tetapi juga memiliki daya tarik global. Dengan narasi yang kuat tentang keberlanjutan, pemberdayaan perajin lokal, dan keunikan budaya, produk tren modest fashion dari Indonesia berpotensi besar untuk menembus pasar internasional yang sangat lukratif. Ini bukan lagi hanya soal pakaian, tetapi juga soal diplomasi budaya dan penguatan ekonomi kreatif nasional.