Banyuwangi Batik Festival 2025: Talenta Cilik Hidupkan Panggung Lorong Bambu
5 mins read

Banyuwangi Batik Festival 2025: Talenta Cilik Hidupkan Panggung Lorong Bambu

Crbnat.com – 18 Oktober 2025 – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kembali menggebrak dengan perhelatan akbar Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025. Ajang tahunan ini dibuka dengan sebuah konsep yang unik dan membumi: Fashion Lorong Bambu. Di tengah suasana asri Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan, puluhan talenta cilik melenggang penuh percaya diri. Mereka mengubah lorong bambu menjadi catwalk hidup. Faktanya, acara ini bukan sekadar peragaan busana. Justru, ini adalah sebuah pernyataan kuat tentang regenerasi budaya dan upaya strategis untuk memperkenalkan khazanah batik khas daerah kepada dunia.

Filosofi di Balik Panggung Lorong Bambu

BACA JUGA : Busana dari Sparepart Mobil: Ketika Jeremy Scott Menyulap Sampah Otomotif Jadi Adibusana

Berbeda dari peragaan busana pada umumnya, pembukaan BBF 2025 mengusung konsep yang lebih dekat dengan alam. Sesuai namanya, Fashion on Pedestrian, penyelenggara menggunakan area pejalan kaki sebagai panggung. Selain itu, pemilihan lorong bambu sebagai catwalk memberikan sentuhan artistik yang sangat khas Banyuwangi. Suasana alam yang asri berpadu sempurna dengan keindahan motif batik yang para model cilik kenakan. Dengan demikian, acara ini berhasil meruntuhkan kesan eksklusif dari dunia mode dan membawanya lebih dekat kepada masyarakat.

Bintang Cilik Mencuri Panggung: Kisah Inspiratif Jeselin

Di antara para talenta cilik yang tampil, nama Jeselin, seorang gadis berusia 4 tahun, berhasil mencuri perhatian. Tampil bak peragawati profesional, ia berjalan dengan sangat anggun. Ia mengenakan busana batik bergaya kasual hasil rancangan desainer lokal. Kepercayaan dirinya di atas panggung memukau para penonton. “Tidak takut. Senang bisa tampil fashion show di sini,” ujarnya dengan polos.

Ibunda Jeselin, Bella Donna, mengaku sangat senang dengan adanya wadah seperti ini. Menurutnya, Banyuwangi terus menyediakan panggung bagi anak-anak untuk berkreasi. “Senang karena Banyuwangi banyak memberikan wadah untuk anak-anak menampilkan talentanya,” kata Bella. Meskipun baru empat bulan terjun ke dunia modeling, minat dan bakat Jeselin sudah terlihat jelas. “Semoga ajang-ajang kreatif semacam ini banyak dibuat untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak mengembangkan bakatnya,” tambahnya. Bahkan, untuk acara ini, Bella secara khusus melibatkan desainer lokal karena penasaran bagaimana kain batik bisa didesain menjadi baju kasual yang modern. “Ternyata bagus dan menarik desainnya,” ucapnya puas.

Makna Mendalam di Balik Motif Wader Kesit

BACA JUGA : Tren Modest Fashion: Melampaui Hijab, Kini Jadi Pilihan Gaya Hidup Global

Fokus utama dari Banyuwangi Batik Festival 2025, tentu saja, adalah batik Banyuwangi itu sendiri. Edisi kali ini secara khusus mengangkat motif “Wader Kesit”. Ketua Asosiasi Batik Sekar Jagad Banyuwangi, Fitria, menjelaskan filosofi di baliknya. Wader adalah sejenis ikan air tawar kecil yang banyak hidup di sungai-sungai Banyuwangi. Ikan ini terkenal sangat lincah atau kesit.

“Wader Kesit ini menggambarkan karakter masyarakat Banyuwangi yang gesit (kesit), lincah, serta mampu beradaptasi di mana pun berada,” kata Fitria. Oleh karena itu, pemilihan motif ini sangat relevan. Motif ini melambangkan semangat Banyuwangi yang dinamis dan terus bergerak maju. Sebelumnya, BBF juga telah sukses mengangkat berbagai motif kuno lainnya, seperti Gajah Oling hingga Kangkung Setingkes, sebagai bagian dari upaya pelestarian.

Visi Pemerintah: Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan UMKM

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menjelaskan bahwa acara ini memiliki tujuan yang jauh lebih besar. Ini adalah bagian dari strategi jangka panjang pemerintah daerah untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif. “BBF bagian dari upaya pemberdayaan kepada para pelaku industri batik,” kata Ipuk. Menurutnya, festival ini menjadi wadah pengembangan bagi seluruh rantai industri, mulai dari pengrajin, penjual, hingga desainer fesyen.

“Kami menantang mereka untuk menciptakan desain busana batik dan mengkreasikannya. Banyuwangi sejatinya kaya dengan motif batik kuno. BBF adalah cara kami melestarikan batik,” tambahnya. Lebih lanjut, kolaborasi dengan OJK Jember juga menjadi langkah strategis. Ini menunjukkan adanya sinergi antara pemerintah dengan lembaga keuangan untuk mendukung para pelaku UMKM di sektor kreatif.

Dampak dan Apresiasi Internasional yang Tak Terduga

Aksi memukau para model dadakan ini berhasil memikat hati para pengunjung yang hadir, termasuk wisatawan mancanegara. Salah satunya adalah Mathieu, seorang turis asal Prancis. Ia mengaku sangat senang bisa menyaksikan langsung ajang budaya yang unik ini. “Bagus. Saya suka. Anak-anak kecil tampil luwes memakai batik. Tidak berlebihan, semuanya tampil natural,” ucapnya.

Apresiasi dari wisatawan asing ini menjadi bukti bahwa Banyuwangi Batik Festival 2025 memiliki daya tarik global. Pada akhirnya, acara semacam ini tidak hanya melestarikan budaya dan menggerakkan ekonomi lokal. Justru, acara ini juga berfungsi sebagai alat diplomasi budaya yang efektif. Festival ini memperkenalkan keindahan batik Banyuwangi kepada dunia secara otentik dan menarik.

Rangkaian Acara dan Harapan di Masa Depan

Selain Fashion Lorong Bambu, rangkaian BBF juga menggelar berbagai kegiatan lain. Penyelenggara mengadakan lomba mewarnai dan mencanting untuk anak-anak. Tujuannya adalah untuk menanamkan kecintaan pada proses membatik sejak dini. Puncak acara akan ditutup dengan peragaan busana utama pada Sabtu malam. Peragaan ini akan menampilkan puluhan karya terbaik dari para desainer batik Banyuwangi. Dengan demikian, Banyuwangi Batik Festival 2025 tidak hanya menjadi sebuah acara, tetapi juga sebuah gerakan budaya dan ekonomi yang berkelanjutan.